Pemula, Ingat 3 Hal Ini Untuk Sukses di Bisnis Kuliner

3 Kunci Sukses Bisnis Kuliner

Saya mendapatkan omset ratusan juta dari bisnis kuliner yang katanya itu red ocean, lautan darah. Banyak saingannya. Dan disini saya akan buka rahasia saya gimana caranya bikin bisnis kuliner di tahun 2024.

Telat gak sih bikin bisnis kuliner di tahun 2024? Menurut saya jawabannya enggak. Karena bisnis kuliner punya klien saya itu baru bener-bener dimulai di akhir tahun 2023. Dan gak butuh waktu lama buat naikin omset dari yang awalnya itu puluhan juta ke ratusan juta.

Tapi perlu diketahui masalah utama untuk bisnis kuliner yang baru mulai saat ini menurut saya adalah kebanyakan dari mereka itu asal-asalan buka bisnis kuliner karena FOMO. Ada yang jualan es teh, mereka ikut ikutan jualan es teh. Ada yang buka krom boloni, mereka ikut ikutan jualan krom boloni.

Giliran sepi dan bangkrut. Yang disalahin presiden. Jadi sebelum memulai bisnis kuliner, kita harus tau dulu nih gimana bisnis kuliner itu bekerja sampai menghasilkan profit.

Bukan karena FOMO doang. Berarti Allah itu. Bisa berjam-jam kalau saya jelasin secara detail satu-satu.

Kuncinya ada 3 hal ini. Validasi produk, buat Sistem Operasional dan Pasarkan Secara Bertahap.

Jadi ini penyakit kebanyakan orang-orang yang mau memulai bisnis kuliner. Biasanya, oknum-oknum chef yang ada di luaran sana mereka itu kepedean. Menurut mereka produk mereka itu enak.

Ini garis bawah lagi. Jangan kepedean. Produk kuliner siapapun target customernya harus dan wajib enak.

Tapi bukan enak menurutmu. Enaknya itu harus menurut customer atau target customer kita. Kenapa? Karena nantinya produk kuliner ini kita jual ke mereka.

Bukan kita makan sendiri. Jadi sebelum kita jual, saran saya itu lakukan yang namanya VALIDASI PRODUK. Caranya gini, coba kasih produkmu ke orang-orang yang mewakili target customermu.

Misalnya target kita itu mahasiswa. Ya coba kasih produk gratis ke mahasiswa. Kita minta feedbacknya.

Sudah enak atau belum? Harganya gimana? Dan ujungnya nanti kita tawarin mereka mau beli apa enggak. Setelah mereka mau beli dan mereka mau melakukan pembelian ulang, barulah itu namanya produk kita itu sudah tervalidasi. Atau bahasa akademisnya itu produk market fit.

Setelah kita sudah validasi produknya, bikin alur kerja yang rapih, catat, dan bikin itu sebagai standarisasi. Detail ya, mulai dari timbangan resepnya, metode masaknya, alur pelayanan customernya, dan lain-lain. Pokoknya catat secara detail, bikin itu sebagai standarisasi untuk kita melakukan bisnis kuliner.

Entah nanti kita yang megang atau ada karyawan. Tujuannya supaya produk kita itu konsisten, enggak beda tangan beda rasa. Karena kalau sampai beda tangan beda rasa, menurut saya itu bloon.

Coba teman-teman beli indomie. Mau indomie yang dijual di Semarang atau di Jakarta, rasanya sama kan? Tandanya apa? Proses pembuatannya itu sudah distandarisasi. Jadi mau dijual di Semarang, di Jakarta, di Surabaya, di Solo, itu rasanya bisa sama.

Kan nggak pernah kan teman-teman ngalamin beli indomie di Jogja sama di Jakarta rasanya beda. Sama aja kan? Kalaupun ada perbedaan rasa antara karyawan satu dengan karyawan lain atau antara kita dengan karyawan kita, itu masih wajar. Sedikit ya, bukan banyak.

Karena yang saya tahu sebagai praktisi di dunia kuliner dari tahun 2017, proses produksi makanan atau pembuatan makanan atau minuman di dalam bisnis kuliner itu semuanya bisa distandarisasi dan di-SOP-kan. Jadi kalau teman-teman belum bisa, itu bukan karena belum bisa, tapi belum nemuin aja caranya gimana. Nah, biar teman-teman bisa nemuin caranya gimana, jangan batasi pemikiran kita dengan tahayul beda tangan beda rasa.

Produk sudah divalidasi dengan cara yang benar, sistem operasi sudah dibikin, barulah kita melakukan pemasaran atau marketing secara bertahap. Ini juga sesuatu yang menurut saya agak blunder dan sering dilakukan sama pebisnis kuliner. Outlet baru buka tiba-tiba langsung diviralin dengan endorse, nge-ads, paid promote, dengan budget yang gila-gilaan.

Menurut saya ini agak ngawur. Produk mungkin sudah tervalidasi, dan sistem operasionalnya pun mungkin sudah dibikin serapi mungkin. Tapi, tapi, tapi... Sumber daya manusia atau karyawan kita bisa-bisa kaget kalau tiba-tiba ada lonjakan penjualan yang terlalu signifikan.

Misalnya nih, penjualan hariannya biasanya itu di angka rata-rata 1 juta. Tiba-tiba, omset naik itu dari 1 juta langsung ke 10 juta. Nah, kalau kayak gini, yang saya tahu dan saya lihat di sekeliling saya, biasanya yang kayak gini tuh chaos.

SDM-nya kaget, semperawut, produknya jadi gak konsisten, pelayanan ke customer-nya jadi berantakan, ujung-ujungnya ya customer komplain. Dan yang lebih parah lagi, mereka gak sudi buat jajan di tempat kita. Mau kayak gitu.

Marketing baiknya menurut saya dilakukan secara bertahap, biar kualitas produk kita itu terjaga dan customer bisa happy. Kalau customer happy, mereka insyaallah jajan dan jajan lagi. Dan ujung-ujungnya, brand kita bisa berkembang dan bertahan lama sampai insyaallah ke anak cucu kita.

Jadi, kalau pengen bikin bisnis kuliner yang bisa bertahan lama atau sustain, saran saya, inget 3 hal tadi. Validasi produk, buat sistem operasional, dan pasarkan secara bertahap

Alfa Mahendra. 

 

HALAMAN SELANJUTNYA:

0 Response to "Pemula, Ingat 3 Hal Ini Untuk Sukses di Bisnis Kuliner"

Post a Comment

Loading...
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==