Minggu kemaren 17/7/2016, selain mengantar anak saya yg pertama kembali ke asrama sekolahnya dan yang kedua memulai hari pertamanya di asrama putri, saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi Masjid Jogokariyan Jogjakarta yang beberapa tahun terakhir ini viral di medsos.
Masjid mandiri, begitu sebutan dari Masjid Jogokariyan yang tidak ingin membebani biaya operasional ataupun kegiatan - kegiatannya kepada jamaahnya (donasi, infak & shodaqoh).
Masjid mandiri yang mempunyai
11 kamar hotel, ruang pertemuan dan rapat dan ruang serbaguna yang semuanya disewakan sebagai sumber dana mandiri. Dari informasi yang beredar di medsos, tentu tidak begitu saja bisa dipercaya ... kita tau kan internet sekarang, lewat medsos segala informasi bisa diotak-atik sesuai sesuai kepentingannya masing-masing. Yang benar bisa salah dan sebaliknya, atau dipelintir berita dari kenyataannya. Tidak hanya medsos bahkan media massa cetak maupun TV pun podo wae ...
Tapi Masjid Jogokariyan mempunyai situs sendiri yg buat saya sudah lebih dari cukup untuk mendapat informasi yang akurat dari sumbernya langsung, masjidjogokariyan.com dan juga dari youtube ceramah Ust. Salim A. Fillah, salah satu ustadz yang mengisi kajian rutin di Masjid Jogokariyan yang rumahnya tidak jauh dari lokasi masjid.
Setelah mendapat informasi yang cukup itulah saya dan keluarga menyempatkan diri untuk berkunjung dan melihat langsung serta ingin belajar tentang manajemen Masjid Jogokariyan.
Google Maps adalah guide andalan untuk mencapai lokasi, meskipun agak kelewat sedikit tapi akhirnya nyampe juga sedikit masuk gang kampung Jogokariyan yang lumayan lebar. Sebenarnya, untuk ukuran Masjid Jogokariyan tidak terlalu besar, hampir sama dengan masjid-masjid di kampung pada umumnya dan halaman yang cukup luas. Halaman depan masjid cukup untuk beberapa mobil dan untuk kegiatan-kegiatan masjid ( lomba-lomba atau buka bersama untuk Romadlon ). Ada banyak plakat-plakat dan cinderamata studi banding dari daerah lain. Tapi karena waktu yg terbatas karena mau menyelesaikan pemberkasan PPDB di sekolah putri saya, akhirnya saya hanya berkesempatan berkeliling masjid saja dan berdialog dengan marbot masjid tanpa masuk ke sekretariatan. Bersama dengan Marbot Masjid bernama Pak Kaminto, kami diajak 'menelusuri' setiap bangunan masjid yg terdiri dari 3 lantai.
Lantai 1 ( lt dasar) selain bangunan utama masjid untuk ruang sholat, kemudian halaman parkir, kantor sekretariat dan tempat wudlu.
Lantai 2, ada ruang tempat rapat yg cukup luas dan disewakan dan tembus dengan ruang sholat masjid lantai 2 dan perpustakaan.
Lantai 3, ada 11 kamar hotel yang disewakan, 1 kamar VIP yg luas dengan fasilitas AC, TV LCD 32", kulkas, biaya 250 ribu per malam dan 10 kamar type standard dengan fasilitas AC, TV LCD , ada juga ruang serbaguna yang berupa ruangan luas dengan beralas karpet yang biasa dipakai untuk menampung tamu rombongan yg menginap ( biaya berupa infaq seikhlasnya ) dan juga dipakai untuk i'tikaf saat Romadlon dan bangunan terakhir adalah gudang.
Lantai 3 juga adalah letak kubah masjid yang dimanfaatkan juga sebagai ruang terbuka yang kelihatan luas dan bersih karena dikeramik bisa digunakan tempat santai dan bermain atau tempat jemuran untuk tamu-tamu yang menginap.
Masjid juga memiliki mobil sendiri untuk operasionalnya. Selain itu, setiap infaq dan shodaqoh yang terkumpul langsung diserahkan kepada yg berhak jadi tidak ada saldo yg tersisa di keuangan masjid. Romadlon kemaren, untuk acara buka bersama setiap harinya, Masjid Jokgokariyan menyediakan 1200 porsi yang makanannya dimasak oleh kelompok dasawisma dari 4 RW yg ada di kampung Jogokariyan. Setiap porsi disediakan menggunakan piring, bukan kotakan karena warga sekitar juga ingin mendapat keberkahan selama Romadlon dengan mencuci piring. Dana yg dibutuhkan untuk buka bersama adalah Rp.196.800.000,- untuk kebutuhan 1200 porsi selama 30 hari dan ternyata uang yg terkumpul melebihi dari yang dianggarkan , kelebihan anggaran tersebut selanjutnya disalurkan ke masjid-masjid binaan dari Masjid Jogokariyan (berdasar keterangan marbot masjid) untuk kegiatan selama Romadlon di masjid-masjid tersebut. Belum lagi infaq dan shodaqoh selama sholat tarawih dan sholat subuh yang rata-rata hampir sama pendapatannya, jadi bisa disimpulkan bahwa jamaah tarawih dan subuh hampir sama jumlahnya selama Romadlon kemarin.
Setelah dari masjid, saya menuju ke rumah Ust. Salim A.Fillah yang tidak jauh dari lokasi masjid untuk sillaturahim dan sekalian ingin sedikit berdialog sekaligus mengenalkan/mendekatkan anak-anak dengan ulama., tapi sayangnya beliau sedang berada di Jakarta. Mudah-mudahan bisa bersilaturrahim pada kesempatan lainnya .. Aamiin.
Semoga bermanfaat ...
HALAMAN SELANJUTNYA:
0 Response to "SEKILAS TENTANG MASJID JOGOKARIYAN"
Post a Comment